Senin, 04 April 2016


Pada tahun ajaran 2016/2017 Madrasah Ibtid’iyah Muhammadiyah 22 “Plus” Sugihwaras menerima pendaftaran peserta didik Baru.
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan me-ninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu sekalian dan orang - orang berilmu dengan beberapa derajat”
(Qs.Al-Mujadilah:11)
MI Muhammadiyah 22 Sugihwaras merupakan lembaga pendidikan dasar yang berupaya mencetak generasi yang Qur’ani, cerdas, intelek, beriptek, berakhlakul karimah, dan bertaqwa. Selain membentuk generasi Islam yang mempunyai jiwa keIslaman, MI Muhammadiyah berusaha menjadikan anak didiknya menjadi generasi yang dapat menghadapi tuntutan arus globalisasi/perkembangan zaman.

Waktu Pendaftaran :


Agenda
Gelombang 1
Gelombang 2
Pendaftaran
1 April  s/d  30 April 2016 
01 Mei  s/d  31 Mei 2016  
Tempat
Kantor MI Muhammadiyah 22 “Plus” Sugihwaras
Hari
Senin s/d Sabtu pukul 08.00 WIB s/d 12.00 WIB


Contact Person:


Abday Rothomi, S.Pd.I                   : 081 335 625 403
Hj. Zuliatin Lailiyah, S.Pd.I           : 085 257 999 630
Luqman Hariyoko, S.Pd.I              : 081 359 451 765
Suyono, S.Pd                                   : 085 773 372 555
M. Rondi, S. Pd.I                             : 081515991993

 
Info lebih lengkap: Silahkan kunjungi web kami:
http://mim22plussugihwaras.blogspot.co.id/

Kamis, 14 Januari 2016


Cerita Inspiratif Islami, Kisah Inspiratif Islami, Nasihat di Kala Sunyi dan Sendiri, Imam Syafi'i, Asy Syafi'i
Pernah bersya'ir Asy Syafi'i,

'Nasihati aku kala sunyi dan sendiri;
jangan di kala ramai dan banyak saksi.
Sebab nasihat di tengah khalayak terasa hinaan yang membuat hatiku pedih dan koyak,
maka maafkan jika aku berontak'

Adalah Imam Ahmad, agung dalam mengamalkannya. Inilah yang dikisahkan Harun ibn Abdillah Al Baghdadi :

Di satu larut malam pintuku diketuk orang. Aku bertanya, "Siapa ?" Suara di luar lirih menjawab, "Ahmad !" Kuselidik, "Ahmad yang mana ?" Nyaris berbisik kudengar, "Ibnu Hanbal" Subhanallah, itu Guruku !

Kubukakan pintu, dan beliau pun masuk dengan langkah berjingkat, kusilakan duduk, maka beliau menempah hati-hati agar kursi tak berderit.

Kutanya, "Ada urusan sangat pentingkah sehingga engkau duhai Guru, berkenan mengunjungiku di malam selarut ini ?" Beliau tersenyum.

"Maafkan aku duhai Harun" ujar beliau lembut dan pelan, "Aku terkenang bahwa kau biasa masih terjaga meneliti hadits di waktu semacam ini. Kuberanikan untuk datang karena ada yang mengganjal di hatiku sejak siang tadi" Aku terperangah, "Apakah hal itu tentang diriku ?" Beliau mengangguk.

"Jangan ragu" ujarku. "Sampaikanlah wahai Guru, ini aku mendengarkanmu"

"Maaf ya Harun" ujar beliau, "Tadi siang kulihat engkau sedang mengajar murid-muridmu. Kau bacakan hadits untuk mereka catat. Kala itu mereka tersengat terik mentari, sedangkan dirimu teduh ternaungi bayangan pepohonan. Lain kali jangan begitu duhai Harun, duduklah dalam keadaan yang sama, sebagaimana muridmu duduk"

Aku tercekat, tak sanggup menjawab. Lalu beliau berbisik lagi, pamit undur diri. Kemudian melangkah berjingkat, menutup pintu hati-hati. Masya Allah, inilah Guruku yang mulia, Ahmad ibn Hanbal. Akhlak indahnya sangat terjaga dalam memberi nasihat dan meluruskan khilafku. Beliau bisa saja menegurku di depan para murid, toh Beliau Guruku yang berhak untuk itu. Tetapi tak dilakukannya demi menjaga wibawaku. Beliau bisa saja datang sore, bakda Maghrib atau Isya' yang mudah baginya. Itu pun tak dilakukannya, demi menjaga rahasia nasihatnya.

Beliau sangat hafal kebiasaanku terjaga di larut malam. Beliau datang mengendap dan berjingkat; bicaranya lembut dan nyaris berbisik. Semua beliau lakukan agar keluargaku tak tahu; agar aku yang adalah ayah dan suami tetap terjaga sebagai imam dan teladan di hati mereka. Maka termuliakanlah Guruku sang pemberi nasihat, yang adab tingginya dalam menasehati menjadikan hatiku menerima dengan ridha dan cinta.

Sumber : Buku 'Menyimak Kicau Merajut Makna' (Salim A. Fillah)